1. Masalah-masalah Revolusi Industri
Revolusi Industri merupakan periode antara tahun 1750-1850(akhir abad ke-18) di mana terjadinya perubahan secara besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi, dan teknologi serta memiliki dampak yang mendalam terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di dunia. Revolusi Industri dimulai dari
Britania Raya dan kemudian menyebar ke seluruh
Eropa Barat,
Amerika Utara,
Jepang, dan akhirnya ke seluruh dunia. Pelopor Revolusi Industri adalah Inggris yaitu dengan ditemukannya mesin uap oleh James Watt, dengan menggunakan batu bara sebagai bahan bakar dan ditenagai oleh mesin. Perubahan dengan cepat terjadi setelah peralatan mesin juga berkembang dengan pesat terutama mesin produksi. Revolusi Industri menandai terjadinya titik balik besar dalam sejarah dunia, hampir setiap aspek kehidupan sehari-hari dipengaruhi oleh Revolusi Industri, khususnya dalam hal peningkatan pertumbuhan penduduk dan pendapatan rata-rata yang berkelanjutan dan belum pernah terjadi sebelumnya. Selama dua abad setelah Revolusi Industri, rata-rata pendapatan perkapita negara-negara di dunia meningkat lebih dari enam kali lipat.
Revolusi Industri yang terjadi di Inggris memiliki tahap-tahap produksi sebagai berikut.Pertama, dikenal dengan home industry atau domestic System di mana produksi dikerjakan di dalam rumah pekerja dengan peralatan sendiri. Kedua, tahap industri manufaktur dengan menggunakan lokasi tertentu sebagai tempat bekerja sekaligus sebagai tempat penjualan produksi. Biasanya dikerjakan oleh sepuluh orang. Ketiga, dikenal dengan factory system atau digunakannya tenaga mesin dengan jumlah pekerja yang banyak.
Permasalahan mulai muncul saat industri berkembang secara besar-besaran tanpa didukung oleh lokasi pemasaran yang memadai.Maka Mereka berlomba-lomba untuk mendapatkan lokasi baru sebagai tempat pemasaran bagi seluruh produknya. Ada beberapa dampak dari revolusi industri antara lain munculnya industri besar-besaran, terbentuknya golongan borjuis dan buruh, menguatnya arus urbanisasi, serta munculnya kapitalisme modern.
Revolusi industri telah menciptakan pertambahan yang sangat besar dalam produksi beragam jenis barang. sebagian dari peningkatan produksi ini disebabkan oleh diperkenalkannya mesin-mesin bertenaga non-hayati dan berkembangnya organisasi pabrik. sebelum revolusi, pembuatan barang-barang dikerjakan dengan tangan atau mesin sederhana. kebanyakan masyarakat bekerja di rumah di desa-desa. sebagiam kecil bekerja di bengkel-bengkel di kota yang tergabung dalam perkumpulan yang di sebut guild. revolusi industri secara perlahan namun pasti mengeluarkan pekerjaan membuat benda-benda tadi di rumah dan bengkel. mesin-mesin yang dikendalikan dengan energi non-hayati (power driven-machinery) telah menggantikan pekerjaan tangan, dan pabrik-pabrik tumbuh sebagai cara terbaik sehingga kurang memanfaatkan tenaga manusia.
Begitu revolusi industri tumbuh, para penanam saham modal swasta dam lembaga-lembaga keuangan dibutuhkan untuk menyediakan modal (uang) demi perluasan lebih lanjut industrialisasi. para pemilik uang dan bank-bank telah menjadi sama pentingnya dengan industrialis dan pabrik-pabrik dalam proses pertumbuhan revolusi ini. untuk pertama kali dalam sejarah eropa, para pemuka bisnis kaya yang disebut para kapitalis, telah berhasil mengambil alih pengendalian dan pengorganisasian atas produksi barang-barang sarana hidup manusia.
Perbedaan pendapat antar sejarawan.Sebagian menekankan pentingnya revolusi ini dari segi peningkatan luar biasa produksi barang-barang alasannya bahwa peningkatan selama ini sangat berarti bagi standar hidup rakyat periode 1800-an dibandingkan yang diberikan oleh upaya undang-undang dan perkumpulan-perkumpulan dagang.Sejarawan lain menekankan aspek negatif dengan menunjukan kepada berjejalannya dan betapa tidak sehatnya rumah-rumah hunian para buruh serta kondisi suasana kerja yang sangat buruk/mengerikan yang terpusat di kota-kota.
Sebagian besar sejarahwan sepakat bahwa revolusi industri tersebut adalah titik balik kehidupan dunia yang sangat penting. ia telah mengubah dunia barat dari masyarakat desa dan agraris menjadi masyarakat kota dan industri. industrialisasi telah membawa banyak manfaat material, namun juga menciptakan masalah-maslah besar yang terus mengancam sampai kini. sebagai contoh, kebanyakan negara industri menhadapi masalah pencemaran udara,air,lingkungan.
Revolusi Industri sebagai salah satu revolusi penting dunia juga memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap Indonesia.Revolusi Industri memiliki pengaruh yang positif dan negative yang berhubungan satu sama lainnya. Berikut ini adalah dampak Revolusi Industri terhadap perkembangan sejarah Indonesia.
1. Dalam Bidang Politik
Revolusi Industri di Inggris memiliki tahap-tahap produksi yaitu : home industry atau domestic System di mana produksi dikerjakan di dalam rumah pekerja dengan peralatan sendiri. Selanjutnya tahap industri manufaktur dengan menggunakan lokasi tertentu sebagai tempat bekerja sekaligus sebagai tempat penjualan produksi. Biasanya dikerjakan oleh sepuluh orang yang terakhir dikenal dengan factory system atau digunakannya tenaga mesin dengan jumlah pekerja yang banyak.
Selain itu, Inggris sebagai lokomotif imperialisme modern memiliki kepentingan tersendiri dengan wilayah Indonesia yang benar-benar kaya sumber daya alam. Inggris sebagai negara imperialisme yang besar ternyata berseteru dengan pihak Belanda, sampai akhirnya peperangan yang terjadi antara Belanda dan Inggris dimenangkan oleh Inggris.
Secara langsung Indonesia diserahkan kepada Inggris. Thomas Stamford Raffles yang merupakan utusan Inggris untuk menjadi Gubernur Jenderal di Hindia Belanda.Empat tahun Indonesia dipimpin oleh imperialisme Inggris. Sejak masuknya pedagang-pedagang Eropa, khususnya Belanda ke Indonesia telah membawa perubahan yang sangat signifikan.
Pola perdagangan monopoli yang dipraktekkan oleh VOC (kolonial Belanda) menjadikan tersentralisasinya kekuasaan di tangan penguasa asing. Imbas terbesar bagi para penguasa pribumi (raja/sultan) adalah hilangnya hak kekuasaan sebagai penguasa lokal. Karena mereka dijadikan pemerintah kolonial Belanda sebagai pegawai negeri yang mendapat gaji dari pemerintah kolonial. Padahal menurut aturan adat, penguasa pribumi mendapat upeti langsung dari rakyat.
Hal ini terjadi setelah para penguasa-penguasa pribumi tidak mampu mempertahankan wilayah kekuasaannya dari penetrasi orang-orang Eropa yang berupaya menguasai wilayah-wilayah di Indonesia untuk menjalankan politik dagang monopolinya. Pada akhirnya, dengan diterapkannya sistem pemerintahan baru (pemerintahan kolonial), para raja/sultan semakin kehilangan peranannya dalam mengatur kebijakan politiknya, sedangkan pemerintahan kolonial semakin kuat.
2. Dalam Bidang Ekonomi dan Industrialisasi
Munculnya praktik kapitalisme dalam hal ekonomi. Ideologi kapitalisme berpendapat bahwa untuk meningkatkan pendapatan perlu ditunjang dengan jumlah modal atau kapital yang banyak, penguasaan sektor produksi, sumber bahan baku dan ditribusi. Indonesia memiliki sumber daya alam yang hasilnya sangat laku di pasaran dunia.
Penemuan-penemuan teknologi baru telah mengantarkan wilayah Indonesia menjadi incaran negara-negara maju. Akhirnya perekonomian rakyat diperas.
Imperialisme modern mampu mengeruk ekonomi Indonesia dengan keuntungan yang gemilang , sementara rakyat menjadi kuli di rumahnya sendiri. Bangsa Indonesia sempat dikenalkan dengan beberapa sistem perekonomian dari dunia Barat, namun kerugian lebih besar ketimbang keuntungan yang dihasilkan.
Pada masa pemerintahan Raffles, dengan politik sewa tanahnya,rakyat Indonesia belum paham sepenuhya dengan sistem ekonomi uang. Sehingga gagal,karena rakyat masih terbiasa dengan sistem ekonomi tertutup, dimana pembayaran pajak belum sepenuhnya dengan uang tetapi in natura. Faktor utama lainnya yaitu praktik budaya feodalisme.
Setelah Indonesia kembali menjadi jajahan Belanda, di bawah Gubernur Jenderal van Den Bosch yang menerapkan sistem tanam paksa yang bertentangan dengan sistem sewa tanah sebelumnya.
Selama tanam paksa, pemerintah Belanda memperoleh keuntungan ratusan juta gulden.Kemiskinan yang diderita rata-rata rakyat Indonesia adalah akibat politik drainage (politik pengerukan kekayaan) yang dilakukan pemerintah Belanda untuk kepentingan negeri Belanda. Politik dranaige itu mencapai puncaknya pada masa tanam paksa (cultuur stelsel) dan kemudian dilanjutkan pada masa sistem ekonomi liberal.
Keadaan ekonomi rakyat Indonesia semakin parah, seiring dengan diberlakukannya kebijakan Politik Pintu Terbuka. Hal ini menjadikan jiwa-jiwa wirausaha semakin menghilang, karena para petani, pedagang yang kehilangan lapangan sumber mata pencahariannya beralih menjadi buruh di perusahaan-perusahaan swasta asing.
Kondisi ekonomi saat itu sangat menyedihkan. Hal itu dapat dilihat pada awal abad ke-20, diketahui bahwa penghasilan rata-rata sebuah keluarga di Pulau Jawa hanya 64 gulden setahun. Hal itu menggambarkan betapa miskinnya rakyat Indonesia, padahal Indonesia memilki kekayaan alam yang melimpah.
Sistem ekonomi liberal pun tidak meningkatkan taraf kehidupan.Berkembangnya kapitalisme modern yang berlomba-lomba menanamkan modalnya di Indonesia, antara lain perkebunan raksasa. Pemerintah mengizinkan para pemilik modal menyewa tanah, termasuk tanah rakyat. Akibatnya, lahan untuk pertanian rakyat berkurang.
Di sisi lain, perusahaan-perusahan pribumi mengalami kemunduran atau sama sekali gulung tikar sebab tidak mampu bersaing dengan modal raksasa.
3. Dalam bidang Iptek dan Budaya
Revolusi Industri lahir dengan latar belakang ilmu pengetahuan yang pekat. Ketika Indonesia dijajah oleh Inggris, maka hal itu pun sangat berpengaruh. Raffless yang dalam kesempatan tersebut menjadi gubernur jendral yang sangat perhatian terhadap ilmu pengetahuan dan alam, maka salah satu bunga bangkai yang ditemukan di Bengkulu dinamai dengan bunga Raflesia Arnoldi. Bahkan, Kebun Raya Bogor juga merupakan itikad dari istri Raffles. Dalam hal ilmu perbintangan, di Bandung didirikan pula tempat obsevasi yang didirikan Van den Bosch.
Seiring dengan munculnya hubungan Hindia Belanda dengan Inggris, maka sedikit demi sedikit masyarakat Indonesia dikenalkan juga dengan kemajuan teknologi tersebut. Penjajahan Indonesia yang sempat kembali ke tangan Belanda menghentikan kemajuan tersebut, namun dalam perkembangan kontemporer, pengaruh Revolusi Industri sangat terlihat dan terasa.
4. Dalam Bidang Sosial
a. Diskriminasi Sosial
Dalam bidang sosial terjadi perbedaan yang mencolok antara golongan Barat atau Belanda dengan golongan pribumi. Dalam bidang pemerintahan juga terjadi diskriminasi, pembagian kerja dan pembagian kekuasaan didasarkan pada warna kulit. Orang pribumi yang mendapatkan jabatan pastilah jabatan rendah dan dibatasi kekuasaannya. Diskriminasi juga terjadi di kalangan militer.
Untuk pangkat yang sama, gaji orang Indonesia yang berdinas dalam militer Belanda lebih rendah daripada gaji anggota militer Belanda. Bahkan diadakan pula perbedaan gaji antara serdadu Ambon dan serdadu Jawa. Diskriminasi berlaku juga di tempat hiburan. Ada tempat-tempat yang tidak boleh dimasuki oleh orang Indonesia, seperti tempat pemandian, restoran bahkan pada angkutan umum, seperti kereta api lintas-kota atau trem (kereta api dalam kota).
Rupanya para penggagas Politik Etis hendak menciptakan hubungan yang harmonis antara Belanda dan golongan pribumi, namun kesamaan pandangan yang diharapkan ternyata tak berbuah seperti yang diharapkan. Orang-orang Indonesia yang telah mendapatkan pendidikan dari Belanda, semakin menyadari tentang arti penting kemerdekaan yang pada akhirnya mereka menjadi pemuda-pemuda pergerakan kemerdekaan Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa diskriminasi berdasarkan ras menjadi salah satu faktor lahirnya pergerakan nasional.
b. Dibangunnya Jalur Transportasi Darat
Revolusi Industri secara tidak langsung berdampak pula dalam hal transportasi di Indonesia, terutama darat. Untuk mempermudah mobilitas penduduk dan perdagangan, pemerintah Hindia Belanda membangun jalur kereta api di Pulau Jawa. Hal ini dilakukan guna mempercepat hubungan komunikasi dan dagang. Untuk daerah pegunungan yang banyak terdapat perkebunan (misalnya di Jawa Barat), dibangun khusus jalur kereta api untuk mengangkut hasil bumi ke kawasan pabrik guna diolah menjadi bahan setengah jadi atau jadi.
Sesungguhnya jalur darat telah dibuka sejak masa Daendels memerintah Jawa, yaitu dengan dibukanya rute baru: Anyer- Panarukan yang membelah Pulau Jawa pada awal abad ke-19. Dengan tujuan semula untuk mempercepat proses informasikomunikasi antarkantor pos, maka Jalan Raya Pos (The Grote Postweg) ini pada masa selanjutnya berguna pula untuk jalur mobilitas penduduk yang ingin ke luar kota atau pulau.
c. Mobilitas Penduduk dan Masalah Demografi
Industrialisasi mengakibatkan perpindahan penduduk dari desa ke kota-kota besar. Berdirinya pabrik-pabrik telah mendorong kehidupan baru dalam masyarakat Indonesai yang sebelumnya masyarakat agraris dan maritim. Terbentuklah komunitas pekerja kasar dan buruh yang bekerja di pabrik-pabrik partikelir (swasta). Kota-kota besar, terutama Jakarta dan Surabaya, merupakan tempat tujuan orang-orang untuk mengadu nasib.
Untuk mendapatkan pegawai-pegawai semacam juru ketik atau tulis yang murah maka pemerintah kolonial membangun sekolah-sekolah kejuruan guna menghasilkan tenaga-tenaga ahli dari pribumi yang tentunya jauh lebih murah honornya bila dibandingkan tenaga ahli dari Eropa. Tenaga tulis/ketik tersebut selain dipekerjakan di instansi pemerintahan, juga dipekerjakan pegawai rendah di perkebunan pemerintah.
Pada masa pelaksanaan ekonomi liberal sekolah didirikan untuk tujuan yang sama. Pada 1851, didirikan sekolah dokter pertama di Jawa yang sebenarnya merupakan sekolah untuk mendidik mantri cacar atau kolera. Maklum kala itu kedua penyakit tersebut sering menjadi wabah di beberapa daerah. Sekolah “mantri” tersebut kemudian berkembang menjadi STOVIA (School Tot Opleiding Voor Inlandse Artsen) atau sekolah dokter pribumi.
Munculnya sekolah-sekolah ala Eropa di Jawa, khususnya Batavia dan Bandung, menggiring orang-orang dari Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan tempat-tempat lainnya berdatangan ke Jawa. Orang-orang di Jawa pun, terutama anakanak priyayi dan bangsawan atau pedagang kaya yang memiliki biaya lebih, berbondong-bondong datang ke Jakarta dan Bandung yang saat itu memiliki sekolah setingkat perguruan tinggi (THS dan STOVIA). Perpindahan atau mobilitas kaum terpelajar tersebut tentunya sangat memengaruhi populasi kota. Perubahan demografis cukup mecengangkan.
Leave your comment guys,makasih :)