Latar belakang,perkembangan,kemunduran SAREKAT ISLAM



Latar Belakang berdirinya Sarekat Islam
       Tiga tahun setela berdirinya Budi Utomo,maka pada tahun 1911 didirikanlah perkumpulan pedagang-pedagang Islam yang awalnya  diberinama Sarekat  Dagang Islam (SDI) di kota Solo oleh Haji Samanhudi. Haji Samanhudi sendiri adalah seorang pengusaha batik di Kampung Lawean (Solo) yang mempunyai banyak pekerja. Perkumpulan ini semakin berkembang pesat ketika Tjokroaminoto memegang tampuk pimpinan dan mengubah nama perkumpulan itu menjadi Sarekat Islam.Kata “Dagang” dalam Serikat Dagang Islam dihilangkan dengan maksud agar ruang geraknya lebih luas tidak dalam bidang dagang saja. 

       Pada periode antara tahun 1911-1923 Sarekat Islam menempuh garis perjuangan parlementer dan evolusioner. Artinya, Sarekat Islam mengadakan politik kerja sama dengan pemerintah kolonial. Namun setelah tahun 1923, Sarekat Islam menempuh garis perjuangan nonkooperatif. Artinya, organisasi tidak mau bekerja sama dengan pemerintah kolonial, atas nama dirinya sendiri.
 Latar belakang dibentuknya perkumpulan ini adalah reaksi terhadap monopoli penjualan bahan baku oleh pedagang China yang dirasakan sangat merugikan pedagang Islam. Namun, para pendiri Sarekat Islam mendirikan organisasi itu bukan hanya untuk mengadakan perlawanan terhadap orang-orang Cina namun untuk membuat front melawan penghinaan terhadap rakyat bumi putera.Juga merupakan reaksi terhadap rencana krestenings politik (politik pengkristenan) dari kaum Zending,perlawanan terhadap kecurangan-kecurangan dan penindasan-penindasan dari pihak ambtenar bumi putera dan Eropa.Pokok utama perlawanan Sarekat Islam ditujukan terhadap setiap bentuk penindasan.Jadi dapat disimpulkan yang melatarbelakangi berdirinya Sarekat Islam(SI) yaitu :
1. Faktor ekonomi, yaitu untuk memperkuat diri menghadapi Cina yang mempermainkan penjualan bahan baku batik
2. Faktor agama, yaitu untuk memajukan agama Islam.

Tujuan utama SI pada awal berdirinya adalah menghidupkan kegiatan ekonomi pedagang Islam Jawa. Keadaan hubungan yang tidak harmonis antara Jawa dan Cina mendorong pedagang-pedagang Jawa untuk bersatu menghadapi pedagang-pedagang Cina. Di samping itu agama Islam merupakan faktor pengikat dan penyatu kekuatan pedagang-pedagang Islam.

Adapun Tujuan Serikat Islam(SI) di tinjau dari anggaran dasarnya meliputi:
1. Mengembangkan jiwa dagang,
2. Membantu para anggota yang mengalami kesulitan dalam bidang usaha,
3. Memajukan pengajaran dan semua usaha yang menaikkan derajat rakyat bumiputera
4. Menentang pendapat-pendapat yang keliru mengenai agama Islam, dan
5. Hidup menurut perintah agama.


Perkembangan Sarekat Islam

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan Serikat Islam cepat berkembang adalah:
a) Kesadaran sebagai bangsa yang mulai tumbuh,
b) Sifatnya kerakyatan,
c) Didasari agama Islam,
d) Persaingan dalam perdagangan, dan
e) Digerakkan para ulama.

Pemerintah Hindia Belanda merasa khawatir terhadap perkembangan SI yang begitu pesat karena mengandung unsur-unsur revolusioner.SI dianggap membahayakan kedudukan pemerintah Hindia Belanda, karena mampu memobilisasikan massa.Sehingga puhak Hindia Belanda mengirimkan salah seorang penasihatnya kepada organisasi tersebut. Gubernur Jenderal Idenburg meminta nasihat dari para residen untuk menetapkan kebijakan politiknya.Hasil sementaranya SI tidak boleh berupa organisasi besar dan hanya diperbolehkan berdiri secara lokal.

Penulis D.M.G.Koch mengemukakan adanya aliran didalam tubuh SI yang bersifat islam fanatik yaitu golongan yang bersifat menentang keras dan yang lainnya yaitu golongan yang hendak berusaha untuk maju secara bertahap hanya mengandalkan bantuan pemerintah.Sedangkan menurut Suwardi Suryaningrat(Ki Hajar Dewantara) ia mencatat bahwa sehubungan dengan jalan diplomatis yang ditempuh oleh organisasi itu,maka lambat laun unsur memberontak menjadi berkurang.Namun,apabila terdapat perlakuan tidak adil kepada rakyat Indonesia begitu jelas,maka sifat kerohanian SI tetap demokratis dan militan(sangat siap berjuang untuk melakukan perlawanan).Beberapa aspek perjuangan terkumpul menjadi satu dalam tubuh SI sehingga ada yang menamakan SI itu adalah “gerakan nasionalistis-demokratis-ekonomis”.

Pada kongres Sarekat Islam di Yogayakarta pada tahun 1914, HOS Tjokroaminoto terpilih sebagai Ketua Sarekat Islam. Ia berusaha tetap mempertahankan keutuhan dengan mengatakan bahwa kecenderungan untuk memisahkan diri dari Central Sarekat Islam harus dikutuk dan persatuan harus dijaga karena Islam sebagai unsur penyatu.
Pada tahun 1914 juga berdiri organisasi berpaham sosialis yang didirikan oleh Sneevlit, yaitu ISDV (Indische Social Democratische Vereeniging). Namun organisasi yang didirikan orang Belanda di Indonesia ini tidak mendapat simpati rakyat, oleh karena itu diadakan “Gerakan Penyusupan” ke dalam tubuh Serikat Islam yang akhirnya berhasil mempengaruhi tokoh-tokoh Serikat Islam muda seperti Semaun, Darsono, Tan Malaka, dan Alimin.
Politik Kanalisasi Idenburg cukup berhasil, karena Sarekat Islam baru diberi pengakuan badan hukum pada bulan Maret 1916 dan keputusan ini diambil ketika ia akan mengakhiri masa jabatannya.Sementara itu,Idenburg digantikan oleh Gubernur Jenderal van Limburg Stirum (1916-1921).Jenderal Van Limburg baru bersikap agak simpatik terhadap Sarekat Islam.

Namun sebelum Kongres Sarekat Islam Kedua tahun 1917 yang diadakan di Jakarta .Muncul aliran revolusioner sosialistis(bercorak demokratis) yang selalu siap berjuang dipimpin oleh Semaun dan Darsono yang merupakan pelopor penggunaan senjata dalam berjuang melawan imperialisme yaitu teori perjuangan Marx. Pada saat itu Semaun menduduki jabatan ketua pada SI lokal Semarang.Timbulah pertentangan antara pendukung paham Islam dan paham Marx sehingga terjadilah perdebatan antara H.Agus Salim-Abdul Muis dengan pihak Semaun.Dalam Kongres itu diputuskan pula tentang keikutsertaan partai dalam Voklsraad(Dewan Rakyat).Dengan HOS Tjokroaminoto (anggota yang diangkat) dan Abdul Muis (anggota yang dipilih) mewakili Sarekat Islam dalam Volksraad tersebut.

Pada Kongres Sarekat Islam ke tujuh Tahun 1921 di Madiun SI mengubah namanya menjadi PSI (Partai Sarekat Islam). Tahun 1921,Sarekat Islam pecah menjadi dua ketika cabang SI yang mendapat pengaruh komunis yaitu golongan kiri(paham Marx)dapat disingkirkan,lalu menamakan dirinya bernaung dalam Sarekat Rakyat(SR) atau Sarekat Islam Merah  yang merupakan organisasi dibawah naungan Partai Komunis Indonesia(PKI) dipimpin oleh Semaun  sedangkan Sarekat Islam Putih dipimpin oleh Cokroaminoto dengan anggotanya yaitu SI awal .Sejak itu, SI dan SR berusaha untuk mencari dukungan dari massa dan keduanya cukup berhasil.

      Kongres Partai Sarekat Islam tahun 1927 menegaskan struktur partai yang kuat bahwa tujuan perjuangan adalah mencapai kemerdekaan nasional berdasarkan agama Islam. Karena tujuannya adalah untuk mencapai kemerdekaan nasional maka Partai Sarekat Islam menggabungkan diri dengan Pemufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI).

Tahun 1928 dan 1929 PSI merasa khawatir atas dominasi Partai Nasionalis Indonesia(PNI) dalam dunia politik dan PSI tidak mampu mencegah kemundurannya secara pelan-pelan.

PSI yang merupakan anggota federasi PPPKI,lambat laun tidak senang terhadap badan federatif itu.Dalam kongres PPPKI akhir bulan Desember 1929 di Solo, Mohammad Husni Thamrin menyatakan bahwa ia sangat keberatan terhadap sikap PSI cabang Batavia yang tidak ikut serta dalam rapat-rapat protes PPPKI terhadap poenale sanctie(sanksi hukuman yang diberikan bila para kuli melanggar kontrak/melarikan diri) yang diadakan bulan september sebelumnya(tahun 1929).Menanggapi kritik itu,maka PSI mengancam akan keluar dari PPPKI.Kemudian salah satu keputusan kongres PSI tahun 1930 adalah mengubah nama PSI menjadi PSII(Partai Sarekat Islam Indonesia).Perubahan itu dilakukan untuk menunjukkan bahwasanya PSII sangat berbakti terhadap pembentukan Negara Kesatuan Indonesia.




Kemunduran PSII

                 Bulan Juli dan Agustus 1930 hubungan PSII dengan golongan nasionalis non agama memburuk dikarenakan terdapat serangkaian tulisan di surat kabar Soeara Oemoem yang ditulis oleh banyak anggota PPPKI.Tulisan-tulisan tersebut ditafsirkan sebagai penghinaan terhadap keyakinan PSII.Hal tersebut menyebabkan tanggal 28 Desember 1929(tidak menunggu kongres) PSII mengumumkan keluar dari PPPKI.Alasannya yaitu karena Pasal 1 Anggaran Dasar PPPKI berlawanan dengan anggaran dasar PSII yang memperbolehkan keanggotaan bagi semua orang islam apa pun kebangsaannya.Juga alasan lainnya karena kelompok studi umum di Surabaya kurang menghormati agama Islam;perkumpulan-perkumpulan lain anggota PPPKI selalu bertengkar karena perkumpulan-perkumpulan itu menentang poligami sehingga PSII pecah menjadi beberapa partai kecil dan PSII selanjutnya menjalin hubungan yang lebih erat dengan organisasi islam lainnya.

            Perselisihan antara anggota pengurus besar partai yairu Cokroaminoto dan H.Agus Salim dengan dr.Sukiman Wiryosanjoyo dan Suryopranoto mengakibatkan perpecahan dalam tubuh PSII.Maka tahun 1933 Dr.Sukiman Wiryosanjoyo dan Suryopranoto dipecat dari PSII.Pertengahan bulan Mei 1933 berdiri partai baru di Yogyakarta bernama Partai Islam Indonesia(Parii).Partai ini bertujuan ke arah harmonis dari nusa bangsa atas dasar agama islam dan pada waktu itu Parii dipimpin oleh dr.Sukiman namun partai ini berumur pendek.Tahun 1935 Cokroaminoto meninggal dunia,dan muncul suara-suara bahwa Parii mau bergabung lagi dengan PSII.Namun,untuk bergabung kembali masih ada halangan karena H.Agus Salim menjadi ketua PSII menggantikan Cokroaminoto.

            Perselisihan dalam partai terus bertambah.H.Agus Salim menghendaki agar PSII bekerjasama dengan pemerintah yang sebelumnya PSII bersikap nonkooperasi yang menyebabkan PSII dibatasi geraknya.Sehingga tanggal 7 Maret 1935 H.Agus Salim mengusulkan agar PSII membuang sikap nonkooperasi. Hal tersebut mengakibatkan perpecahan dalam pimpinan PSII.

                   H.Agus Salim terpilih kembali sebagai Ketua Dewan Partai.Lawan-lawannya yaitu Abikusno Cokrosuyoso dan S.M.Kartosuwiryo. Pada kongres tahun 1936(8-12 Juli)Abikusno terpilih sebagai formatur,akibatnya pengurus terdiri atas orang-orang yang anti kepada H.Agus Salim.Sehingga membuat H.Agus Salim memutuskan untuk mengundurkan diri sebagai Ketua Dewan Partai.Namun,dia tetap berjanji untuk menyumbangkan segenap teganya untuk tetap bekerja demi kepentingan umat Islam Indonesia.

Untuk melanjutkan cita-citanya itu,tanggal 28 November 1936 di Jakarta dibentuklah golongan yang pro kepada H.Agus Salim yaitu suatu komite oposisi(sebuah komite yang mau bekerjasama dengan pemerintahan kolonial).Komite itu bernama Barisan Penyadar PSII yang dipimpin oleh Muhammad Rum.Tujuannya adalah ingin menyadarkan PSII bahwa zaman ini sudah berubah.Komite itu dengan tegas membantah sikap nonkooperasi PSII dan mereka sendiri menempuh politik kooperasi.Pada tanggal 13 Februari PSII memecat kaum oposisi dengan alasan bahwa tindakan mereka bertentangan dengan hukum dan sumpah partai yang membuat 29 tokoh terkemuka PSII dipecat termasuklah H.Agus Salim.

Selanjutnya kongres ke 23 di Bandung yang diadakan tanggal 19-25 Juli 1937 antara lain memutuskan mencabut pemecatan atas anggota yang telah dikeluarkan dari PSII.Mereka diberi kesempatan untuk kembali ke PSII.Maka,pada 17 September 1937 PSII bersatu kembali dengan partai asal.Mereka yang kembali bergabung ke PSII yaitu dr.Sukiman,Wali Al-Fatah dan lainnya.

Namun perdamaian dengan golongan ini(dr.Sukiman)tidak berlangsung lama.Setelah kongres di Suabaya mereka keluar dari PSII karena tetap tidak setuju dengan politik PSII.Mereka bersedia kembali jikalau PSII: (a)jika PSII mau melepaskan asas hijrah,asas itu tidak boleh dijadikan asas perjuangan melainkan hanya taktik perjuangan; (b) semata mata hanya mengerjakan aksi politik sedang pekerjaan sosial ekonomi harus diserahkan kepada perkumpulan lain; (c) secepatnya mencabut disiplin partai terhadap Muhammadiyah.Namun,PSII menolak permintaan itu.karena penolakan itu maka tanggal 6 Desember 1938 di Solo didirikanlah partai baru bernama Partai Islam Indonesia(PII)  yang diketuai R.M.Wiwoho dengan anggota gabungan dari Parii,Muhammadiyah dan Jong Islamitien Bond(JIB)

Selanjutnya,Kartosuwiryo yang membuat pengurus PSII Marah.Ia telah menulis brosur yang terdiri dari dua jilid tentang hijrah tanpa membicarakannya lebih dulu dengan Abikusno.Kartosuwiryo dan beberapa temannya temannya telah menyatakan bantahannya dengan cara yang dipandang tidak baik atas tindakan PSII menggabungkan diri dalam Gapi.Kartosuwiryo menolak menghentikan penerbitan tulisan itu dan ia mendapat dukungan dari beberapa cabang PSII di Jawa Tengah,sehingga Kartosuwiryo dan 8 cabang PSII di Jawa Tengah dipecat dari partai tahun 1939.

Pada kongres PSII di Palembang tahun1940 diputuskan menyetujui pemecatan atas S.M.Kartosuwiryo .Setelah dipecat,permulaan tahun 1940 Kartosuwiryo mendirikan Komite Pertahanan Kebenaran PSII yang mana tanggal 24 Maret 1940 mengadakan rapat umum di Malangbong,Garut.Dalam rapat itu,diterangkan bahwa akan dijalankan “politik hijrah” juga disiarkan keputusan untuk mengadakan suatu “suffah” yaitu suatu badan yang mendidik menjadi pemimpin-pemimpin yang ahli.

Sehingga berdirilah PSII kedua,dalam hal ini bendera dan nama PSII dipakai dengan menggunakan asas dan anggaran dasar yang sama.Dalam kelompok ini sudah nampak cita-cita teokratis islam yang nantinya akan menjadi dasar perjuangan Darul Islam Kartosuwiryo.

Namun,kesempatan untuk berkembang lenih lanjut lagi terhambat karena keadaan perang.Maka tanggal 10 Mei 1940 karena keadaan darurat habislah riwayat kedua partai tersebut dibidang politik.




































9 Responses
  1. Unknown Says:

    kurang singkat mbaaaaaak


  2. blog anggit Says:

    trimakasih atas artikel'y ini sangat membantu saya untuk mengerjakan tugas saya.. :3


  3. Unknown Says:

    Bismillah.

    Mana yang lebih dulu?
    Syarikat Dagang Islam (SDI) yang kemudian berubah menjadi Syarikat Islam (SI) berdiri tahun 16 Oktober 1905 oleh Haji Samanhudi dan HOS. Tjokroaminoto, ini lebih dulu 3 tahun sebelum adanya Budi Utomo yang baru berdiri 20 Mei 1908, dimana perkumpulan BU ini dipimpin oleh para ambtenaar, yakni para pegawai negeri yang setia terhadap pemerintah kolonial Belanda. Tapi entah karena kebodohan atau memang kesengajaan, buku pelajaran sejarah yang beredar di kalangan pelajar seakan menutup-nutupi hal ini. :?

    Apa tujuan berdirinya?
    Syarikat Islam bercita-citakan kemerdekaan Islam Raya dan Indonesia Raya. Budi Utomo? memperjuangkan nasib orang Jawa dan Madura (Budi Utomo hanya menerima keanggotaan orang Jawa dan Madura).

    Sikap terhadap penjajah Belanda?
    Syarikat Islam bersikap non-kooperatif dan anti terhadap penjajahan kolonial Belanda, sedangkan Budi Utomo bersikap menggalang kerjasama dengan penjajah Belanda karena sebagian besar tokoh-tokohnya terdiri dari kaum priyayi pegawai pemerintah kolonial Belanda.

    Mana yang memperjuangkan kemerdekaan?
    Syarikat Islam berjuang melawan penjajahan demi memperjuangkan kemerdekaan Islam dan Indonesia sehingga banyak anggotanya yang berdesak-desakan masuk penjara, ditembak mati oleh Belanda, dan banyak anggotanya yang dibuang ke Digul. Sebaliknya, Budi Utomo sebagai pegawai (baca:antek2) yang digaji oleh sang Tuan (baca:penjajah), tentu saja ingin mempertahankan keadaan, sehingga tidak pernah mencita-citakan Indonesia merdeka, malah mendukung tetapnya penjajahan.

    Sifat Organisasinya?
    Syarikat Islam bersifat kerakyatan (tidak hanya kaum ningrat tapi juga rakyat jelata), terbuka bagi semua rakyat Indonesia (tidak hanya Jawa dan Madura) yang mayoritas Islam, membela Islam dan memperjuangkan kebenarannya. Sedangkan Budi Utomo seperti kita ketahui organisasi sempit yang bersifat feodal dan keningratan karena anggotanya hanya kalangan priyayi, bahkan lebih sempit lagi hanya untuk kalangan Jawa dan Madura saja (Saking chauvinisnya, Betawi sekalipun tidak boleh), selain itu Budi Utomo juga sikapnya anti terhadap islam.

    KH Firdaus AN, mantan Ketua Majelis Syuro Syarikat Islam, bahkan menyebutkan, “Di dalam rapat-rapat perkumpulan dan bahkan di dalam penyusunan anggaran dasar organisasi, BO menggunakan bahasa Belanda, bukan bahasa Indonesia. “Tidak pernah sekali pun rapat BO membahas tentang kesadaran berbangsa dan bernegara yang merdeka. Mereka ini hanya membahas bagaimana memperbaiki taraf hidup orang-orang Jawa dan Madura di bawah pemerintahan Ratu Belanda, memperbaiki nasib golongannya sendiri, dan menjelek-jelekkan Islam yang dianggapnya sebagai batu sandungan bagi upaya mereka“.

    Bukan itu saja, di belakang Budi Utomo pun terdapat fakta yang mencengangkan, banyak tokohnya yang ternyata merupakan anggota aktif Freemasonry. Dalam buku Dr. T.H. Stevens, seorang sejarawan Belanda, berjudul “Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962″ disebutkan beberapa tokohnya —yang dilengkapi foto-foto ekslusif sebagai buktinya— antara lain: Sultan Hamengkubuwono VIII, RAS. Soemitro Kolopaking Poerbonegoro, Paku Alam VIII, RMAA. Tjokroadikoesoemo, DR Radjiman Wedyodiningrat, dan banyak pengurus lainnya. Bahkan ketua pertamanya yakni Raden Adipati Tirtokusumo, Bupati Karanganyar, ternyata adalah seorang anggota Freemasonry.

    Simpulannya, kalaulah demikian, memaksakan Budi Utomo sebagai tonggak kebangkitan nasional sebenarnya sudah bukan kontroversi melainkan pemaksaan sejarah, dan lebih jauh lagi penghinaan terhadap perjuangan kemerdekaan umat islam di Indonesia.


  4. Unknown Says:

    Artikelnya bermanfaat kak, ini saya juga punya artikel tentang Sarekat Islam (SI), smoga dpt saling melengkapi

    Sejarah Lengkap Sarekat Islam (SI)


  5. Unknown Says:

    ahai aku nemu blog ny uliek. :D
    aku copas ye untuk materi micro teaching :p
    -Lisa-


  6. Cantika Says:

    Semoga info ini bermanfaat juga, memang banyak orang yang ingin sukses udaha dagang nya tanpa dibarengi dengan kualitas produk & pelayanan yang dijualnya. Bagaimana bisa? Karena yang namanya cara dagang memang perlu adanya peningkatan kualitas barang dagangannya. Tak perlu melakukan hal yang repot seperti belajar bisnis atau kursus online. Umumnya orang dagang sudah punya banyak pengalaman sebagai usaha nyata (lahir) nya, tapi terkadang masih kurang mengerti ilmu pelarisan seperti dalam usaha batin nya. Maka dari itu silakan coba mengimbangi dengan sarana batin, seperti menggunakan sarana pelarisan. Banyak orang yang bilang sebaiknya memang usaha nyata (lahiriah) dengan usaha batiniahnya harus seimbang. Berbicara masalah pelarisan dagang, ada yang pernah menyarankan menggunakan sebuah JIMAT yang katanya AMPUH. Informasi selengkapnya
    saya peroleh dari DISINI>> JIMAT PELARISAN
    Semoga bermanfaat.




    kursus online


  7. Unknown Says:

    terima kasih ya kak,artikenya sangat bermanfaat


  8. rudi Says:

    Sejarah itu milik yg berkuasa .. Perhatikan lah . kelak sa'at islam yg jaya siapa orang yg skrang memperjuangkan ny kelak mreka yg akn d besarkan nama nya. Si yg suci msih ad sampai sekarang.. Mreka skrang menjalankan sistem underground krna d incar oleh pemerintahan



    Kualitas blog ini ?

    Followers