Konflik Sampit
Konflik Sampit
adalah pecahnya kerusuhan antar etnis di Indonesia, berawal pada Februari 2001 dan berlangsung sepanjang
tahun itu. Konflik ini dimulai di kota Sampit, Kalimantan
Tengah dan meluas ke seluruh provinsi,
termasuk ibu kota Palangka Raya.
Konflik ini terjadi antara suku Dayak asli dan warga migran Madura dari pulau Madura. Konflik tersebut pecah pada 18 Februari 2001 ketika dua warga Madura diserang oleh sejumlah warga
Dayak. Konflik Sampit mengakibatkan lebih dari 500 kematian, dengan lebih dari
100.000 warga Madura kehilangan tempat tinggal. Banyak warga Madura yang juga
ditemukan dipenggal kepalanya
oleh suku Dayak.
Latar Belakang
Tahun
2000, transmigran membentuk 21% populasi Kalimantan Tengah. Suku Dayak merasa
tidak puas dengan persaingan yang terus datang dari warga Madura yang semakin
agresif. Hukum-hukum baru telah memungkinkan warga Madura memperoleh kontrol
terhadap banyak industri komersial di provinsi ini seperti perkayuan,
penambangan dan perkebunan.
Banyak sebab yang membuat mereka seakan
melupakan asazi manusia, baik sebab langsung maupun tidak langsung.Masyarakat
Dayak di Sampit seperti selalu "terdesak" dan selalu mengalah dan
memang mereka lebih suka memilih mengalah.
Dari kasus pelarangan menambang intan di atas "tanah adat" mereka sendiri karena dituduh tidak memiliki izin penambangan, sampai kampung mereka harus berkali-kali berpindah karena harus mengalah dari para penebang kayu yang terus mendesak mereka makin ke dalam hutan.
Dari kasus pelarangan menambang intan di atas "tanah adat" mereka sendiri karena dituduh tidak memiliki izin penambangan, sampai kampung mereka harus berkali-kali berpindah karena harus mengalah dari para penebang kayu yang terus mendesak mereka makin ke dalam hutan.
Kondisi
ini diperburuk lagi oleh ketidakadilan hukum yang seakan tidak mampu menjerat
pelanggar hukum yang menempatkan masyarakat Dayak menjadi korban kasus
tersebut. Tidak sedikit kasus pembunuhan orang dayak (sebagian besar
disebabkan oleh aksi premanisme Dayak-Madura) yang merugikan masyarakat Dayak karena tersangka (kebetulan orang Madura) tidak bisa ditangkap oleh aparat yang "katanya" penegak hukum.Warga Sampit dan Palangkaraya juga kesulitan mencari sembilan kebutuhan pokok (sembako). Pasalnya, tak ada lagi pedagang eceran, karena semuanya mengungsi.Akumulasi permasalahan itu menjadikan warga Dayak sakit hati. Namun puncaknya yaitu semenjak terjadi peristiwa pembunuhan terhadap beberapa warga Madura di komplek perumahan yang terletak di sebelah utara pinggiran kota Sampit yang dilakukan oleh sekelompok orang yang dibayar oleh dua provokator masing-masing pegawai PEMDA dan Dinas Kehutanan Sampit. Peristiwa itu terjadi tengah malam minggu (Sabtu malam 17/2/2001) sekitar pukul 23.00 WIB disaat korban sedang tidur lelap.
disebabkan oleh aksi premanisme Dayak-Madura) yang merugikan masyarakat Dayak karena tersangka (kebetulan orang Madura) tidak bisa ditangkap oleh aparat yang "katanya" penegak hukum.Warga Sampit dan Palangkaraya juga kesulitan mencari sembilan kebutuhan pokok (sembako). Pasalnya, tak ada lagi pedagang eceran, karena semuanya mengungsi.Akumulasi permasalahan itu menjadikan warga Dayak sakit hati. Namun puncaknya yaitu semenjak terjadi peristiwa pembunuhan terhadap beberapa warga Madura di komplek perumahan yang terletak di sebelah utara pinggiran kota Sampit yang dilakukan oleh sekelompok orang yang dibayar oleh dua provokator masing-masing pegawai PEMDA dan Dinas Kehutanan Sampit. Peristiwa itu terjadi tengah malam minggu (Sabtu malam 17/2/2001) sekitar pukul 23.00 WIB disaat korban sedang tidur lelap.
Warga
Madura yang berada di sekitar kejadian terkejut dan emosi mereka terpancing
karena merasa dalam keadaan bahaya dan sedang diaserang oleh sekelompok suku
Dayak, dan merekapun melakukan pembalasan hingga trerjadilah bentrokan yang
menelan belasan korban jiwa yang terjadi esok harinya. Dengan peristiwa ini
warga dayak tidak tinggal diam mereka langsung menghadakan pembunuhan dan
pembakaran terhadap rumah-rumah warga Madura.
Peristiwa-persitiwa saat terjadinya konflik sampit
Tanggal 18 Februari 2001 tepat
disaat terjadi pembunuhan terhadap empat
orang keluarga Matayo di Sampit. Itu membuat marah warga Madura. Mereka mencari
pembunuhnya yang diduga bersembunyi di rumah Timil, seorang warga Dayak. Mereka
mengepung rumah keluarga Timil itu. Dalam situasi panas itu, apalagi warga
Dayak dari rumah Timil keluar juga memegang mandau, aparat kepolisian datang.
Mereka kemudian menangkap 38 tersangka dari suku Dayak yang diduga melakukan
pembunuhan terhadap keluarga Matayo.Puas? Ternyata belum. Warga Madura tetap
melampiaskan kemarahannya.Mereka mendatangi rumah Sengan, warga Dayak yang
masih ada hubungan darah dengan Timil. Mereka bahkan membakar rumah itu. Naas
bagi Timil.Dia bersama anak dan cucunya tewas terpanggang. Kemarahan warga
Madura belum berhenti. Hari itu, mereka setidaknya melakukan pembakaran
terhadap 14 rumah dan 10 kendaraan bermotor.
Sampai esok harinya>(19/02),
warga Madura menguasai kota Sampit. Mereka memburu warga Dayak. Mereka keliling
kota dengan membawa clurit, baik dengan jalan kaki maupun memakai kendaraan
bermotor. Ada beberapa spanduk yang dipasang, di antaranya "Sampit, kota
Sampang II".Tiga orang Dayak tewas dalam insiden ini. Pengungsian warga
Dayak,Jawa, Banjar, dan Tionghoa mulai terjadi. Rumah jabatan bupati Kotawaringin
Timur mulai dipadati pengungsi. Ribuan orang mengungsi ke Jawa dengan KM
Binaiya. Entah siapa yang mengontak, mulai 20 Februari 2001, warga Dayak dari
luar kota Sampit, termasuk dari pedalaman,menyerbu Sampit. Pertempuran sengit
pun terjadi. Warga Madura keteter.Warga Dayak membakar dan merusak rumah warga
Madura. Penghuninya pun diburu.
Pemenggalan kepala mulai banyak
terjadi. Warga Dayak ganti menguasai kota.Esoknya (21/2), perburuan Dayak masih
terjadi. Malah wilayah pencarian kian meluas, keluar dari kota Sampit.
Sementara perlawanan warga keturunan Madura kian melemah. Mereka lebih memilih
mengungsi, atau lari ke hutan. Kantor Pemda setempat menjadi pilihan
pengungsian yang dipandang paling aman. Hari-hari berikutnya, langkah
'pembersihan'masih terjadi.
Rabu (28/2) situasi berangsur
tenang, meski tetap saja ada aksi pembakaran di sana sini. Pun, jejak kerusuhan
berupa mayat --sebagian besar tanpa kepala-- masih berserakan disungai-sungai.
Bau anyir mayat menyengat hidung.Warga Sampit meyakini korban tewas tanpa
kepala mencapai lebih dari 1.000 orang. Dalam budaya Dayak memang dikenal
istilah ngayau,eksekusi dengan memenggal kepala lawan.Budaya itu sebenarnya
telah dihentikan dengan adanya perjanjian Tumbang Anoy (letaknya kira-kira 300
KM timur Palangkaraya) pada 1884..Dalam sejarah Dayak pun, jarang sekali ada
ngayau yang mencapai angka ratusan atau bahkan ribuan.Tapi,pernah ada satu
ngayau besar-besaran sebelum peradaban Islam menyentuh Kalimantan.
"Kejadian itu disebut Asang Paking Pakang,".Dalam kejadian itu, warga
Dayak di hulu sungai-sungai besar menyerang secara besar-besaran warga Dayak di
hilir sungai. "Beribu-ribu pasukan Dayak hulu, seperti tikus, melakukan
penyerangan," kisah Gimong."Dayak hulu merasa kelakuan Dayak hilir
sudah keterlaluan.Melihat pola dan jumlah korban dalam tragedi terakhir di
Sampit,miriplah dengan Asang Paking Pakang. "Tragedi Sampit adalah Asang
Paking Pakang jilid dua.Namun, kejadian itu adalah kemunduran 100 tahun bagi
suku Dayak.
Hal-hal yang
menyebabkan suku dayak di Kalteng begitu kalap menghadapi Madura
Dayak dikenal berilmu tinggi
hingga bisa membedakan suku Madura dengan suku-suku lainnya, yang jelas
suku-suku lainnya luput dari "serangan beringas" orang Dayak.Banyak
yang mengaitkan peristiwa-peristiwa aneh selama "perang" tersebut
dengan kepercayaan animisme Dayak (Kaharingan).Bukan saja masyarakat dayak
Sampit yang berada di sana, tetapi juga ada 5 suku besar Dayak lainnya dari
beberapa propinsi di pulau Kalimantan .Bayangkan, masyarakat Dayak yang
sebelumnya bukan masyarakat mayoritas di sana, saat terjadi "perang"
jumlah mereka berlipat ganda.
Seperti disaksikan oleh banyak
warga Sampit, sebelum melakukanpenyerangan, beberapa subsuku Dayak memang
malakukan ritual. WargaDayak yang ikut ritual itu setelah diisi, kulitnya
dicoba disayat satu per satu. Apabila ada yang luka, berarti ia tidak berbakat
untuk mendapatkan 'kekebalan'. Bagi yang digores tidak berdarah, maka ia lulus
sebagai inti dari pasukan perang Dayak."Isian itu dilakukan seperti di
Pencak Silat semacam Satria Nusantara," ujarnya. Selepas 'isian' habis,
tambahnya, mungkin mereka baru menyadari bahwa pembunuhan yang dilakukannya itu
dilarang oleh agama yang mereka anut.
Seorang pemuda bersenjata
mandau duduk tepekur di trotoar jalan, di
Depan Hotel Putra Sampit, Kotawaringain Timur, Kalimantan Tengah
(Kalteng). Mandau di tangannya masih meneteskan darah. Matanya tampak
berkaca-kaca, dan sesekali ia sesenggukan. Ahmad, pemuda beretnis
Banjar yang kebetulan rumahnya dekat dengan trotoar jalan itu,
memberanikan diri menghampiri dan bertanya "Kenapa Anda menangis,"
tanya Ahmad. "Bagaimana tidak, saya telah melakukan pembunuhan," jawab
pemuda Dayak itu. Pemuda Dayak itu lantas nyerocos, kalau mengingat
pembunuhan yang dilakukannya, ia merasa kasihan pada warga Madura.
Tapi jika mengingat kelakuan etnis asal pulau garam itu, akunya, rasa
kasihannya menjadi hilang.
Depan Hotel Putra Sampit, Kotawaringain Timur, Kalimantan Tengah
(Kalteng). Mandau di tangannya masih meneteskan darah. Matanya tampak
berkaca-kaca, dan sesekali ia sesenggukan. Ahmad, pemuda beretnis
Banjar yang kebetulan rumahnya dekat dengan trotoar jalan itu,
memberanikan diri menghampiri dan bertanya "Kenapa Anda menangis,"
tanya Ahmad. "Bagaimana tidak, saya telah melakukan pembunuhan," jawab
pemuda Dayak itu. Pemuda Dayak itu lantas nyerocos, kalau mengingat
pembunuhan yang dilakukannya, ia merasa kasihan pada warga Madura.
Tapi jika mengingat kelakuan etnis asal pulau garam itu, akunya, rasa
kasihannya menjadi hilang.
Aparat tidak bertindak tegas terhadap perusuh.
Pasukan
Kepolisian dan Tentara yang disiagakan di Sampit bersikap pengecut bahkan tidak
memberikan perlindungan kepada suku Madura. Hal itu terlihat dari ketidak
mampuan mereka dalam membendung arus perusuh Dayak yang datang membanjiri kota
Sampit dan membiarkan mereka melakukan swepping kerumah-rumah dan menghabisi
jiwa setiap orang yang diduga dari etnis Madura, dengan tidak memandang apakah
itu bayi, orang jumpo, laki-laki atau perempuan.
Bahkan serangan serangan yang
merembak ke berbagai kecamatan dan pelosok dengan sangat mudah dilakukan oleh
para perusuh Dayak tanpa ada usaha pencegahan atau sikap tegas dari aparat.
Seharusnya aparat beritindak tegas terhadap setiap perusuh yang memasuki
wilayah tugasnya tanpa pandang bulu. Bahkan ketidak tegasan aparat itupun
tampak dengan dilepasnya puluhan tahanan etnis Dayak perusuh dan membiarkan mereka
bergabung dengan para perusuh lainnya untuk melakukan pembunuhan.
Evakuasi atau pengusiran?
Desakan etnis Dayak agar
Pemerintah setempat mengusir etnis Madura dari Kal-Teng terus mereka lakukan
sambil menyuarakan tuntutan agar Kapolda Kal-Teng mundur dan diganti dengan
yang lain, akhirnya Kapolda menginstruksikan kepada segenap jajarannya di
Sampit dan Kecamatan agar mendesak etnis Madura segera mengungsi ke Madura
dengan alasan keselamatan. Bahkan Kapolsek di Kuala Pembuang sangat ketakuatan ketika
mendengar perintah dari atasannya sehingga membuatnya segera melakukan evakuasi
dan mengungsikan etnis Madura dari Kuala Pembuang (ibu kota kec. Seruyan Hilir
150 km dari Sampit) ke jawa. Bahkan di Palangkaraya sendiri dilakukan
pengungsian etnis Madura ke Banjarmasin setelah menakut-nakuti mereka.
Respon
Skala pembantaian membuat militer dan polisi sulit mengontrol
situasi di Kalimantan Tengah. Pasukan bantuan dikirim untuk membantu pasukan
yang sudah ditempatkan di provinsi ini. Pada 18 Februari, suku Dayak berhasil
menguasai Sampit. Polisi menahan seorang pejabat lokal yang diduga sebagai
salah satu otak pelaku di belakang serangan ini. Orang yang ditahan tersebut
diduga membayar enam orang untuk memprovokasi kerusuhan di Sampit. Polisi juga
menahan sejumlah perusuh setelah pembantaian pertama. Kemudian, ribuan warga
Dayak mengepung kantor polisi di Palangkaraya sambil meminta pelepasan para
tahanan. Polisi memenuhi permintaan ini dan pada 28 Februari, militer berhasil
membubarkan massa Dayak dari jalanan, namun kerusuhan sporadis terus berlanjut
sepanjang tahun.
Sereemmm juga semoga damai selalu.amien
Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
Jika ya, silahkan kunjungi website ini www.kbagi.com untuk info selengkapnya.
Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)
VIPQIUQIU99.COM AGEN JUDI DOMINO ONLINE TERPERCAYA DI INDONESIA
Kami VIPQIUQIU99 AGEN JUDI DOMINO ONLINE TERPERCAYA DI INDONESIA mengadakan SEO Kontes atau Kontes SEO yang akan di mulai pada tanggal 20 Januari 2017 - 20 Mei 2017, dengan Total Hadiah Rp. 35.000.000,- Ikuti dan Daftarkan diri Anda untuk memenangkan dan ikut menguji kemampuan SEO Anda. Siapkan website terbaik Anda untuk mengikuti kontes ini. Buktikan bahwa Anda adalah Ahli SEO disini. Saat yang tepat untuk mengetest kemampuan SEOAnda dengan tidak sia-sia, hadiah kontes ini adalah Rp 35.000.000,-
Tunggu apa lagi?
Kontes SEO ini akan menggunaka kata kunci (Keyword) VIPQIUQIU99.COM AGEN JUDI DOMINO ONLINE TERPERCAYA DI INDONESIA Jika Anda cukup percaya akan kemampuan SEO Anda, silahkan daftarkan web terbaik Anda SEKARANG JUGA! Dan menangkan hadiah pertama Rp. 10.000.000. Keputusan untuk Pemenang Akan di tentukan dengan aturan kontes SEO yang dapat dilihat di halaman ini.
Tunggu apa lagi? Ikuti kontes ini sekarang juga!
CONTACT US
- Phone : 85570931456
- PIN BB : 2B48B175
- SKYPE : VIPQIUQIU99
- FACEBOOK: VIPQIUQIU99